Temui Pendemo, Ridwan Kamil Janjikan Akan Bawa Tuntutan soal RUU Bermasalah ke Pemerintah
Berita, PanditBola.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil bertemu ratusan pengunjuk rasa dari campuran mahasiswa dan pelajar. Dia mengaku akan menyampaikan aspirasi perdebatan sejumlah tagihan kepada pemerintah pusat.
Dari pengamatan, tindakan massa telah menunggu Ridwan Kamil siang hari di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Sabtu (28/9).
Akhirnya, pertemuan itu terjadi pada malam hari. Pada kesempatan itu, perwakilan mahasiswa langsung menyampaikan aspirasi mereka untuk mengamankan pasukan keamanan.
"Kita semua menuntut untuk membatalkan tagihan bermasalah, kami tidak setuju, kita menolak semua tagihan yang bermasalah," kata salah satu perwakilan mahasiswa.
Diwawancarai setelah pertemuan itu, Ridwan Kamil menjelaskan keinginan untuk bertemu dengan siswa terhambat oleh hal-hal di luar pejabat kota. Secara pribadi, ia setuju dengan siswa yang banyak poin dari RUU yang belum memahami nilai keadilan.
"Sebenarnya itu (rencana bertemu dengan siswa) dari kemarin, tapi kemarin tidak ada pejabat di luar kota selama empat hari. Itu kondusif, mereka bergantian mengekspresikan aspirasi mereka terkait permintaan dukungan kepada Gubernur poin mereka merasa ada ketidakadilan terhadap masyarakat," katanya.
Di sisi lain, gelombang demonstrasi yang terjadi tidak hanya di Bandung pada masalah ini ada hikmahnya. Dalam penyusunan RUU ini, kata Emil ucapan Ridwan Kamil, masih ada ruang yang masih belum lengkap, yang mungkin menjadi uji publik.
Untuk mengatasi hal ini, harus ada dialog langsung dengan warga mereka yang terkena dampak artikel yang dihasilkan. "Saya pikir jika komunikasi ini dibangun dengan cara yang baru, seharusnya tidak ada miskomunikasi dan perasaan ketidakadilan yang hadir," katanya.
Pada kesempatan itu, dia berkomitmen untuk memberikan aspirasi yang diterima dari mahasiswa dan sarjana untuk pemerintah pusat untuk menindaklanjuti dalam tugas-tugas sesuai.
"Saya dulu aktivis masyarakat sipil juga. Jadi jika ada ranahnya dalam kendali saya, itu tidak terlalu sulit, tetapi hak wacana ini mengendalikan keputusan pemerintah pusat, dapat disampaikan adalah bahwa kita menyampaikan aspirasi dan pandangan pribadi," jelasnya.
"Setelah beg yang diamati oleh pemerintah pusat, saya juga adalah pelajaran bagi saya untuk mengambil kebijakan di Jawa Barat, harus lebih banyak interaksi dengan masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya, menjanjikan untuk memberikan tuntutan siswa diserahkan ke Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) acara di Garut.
Emil juga menyatakan belasungkawa atas meninggalnya Immawan Randy, dalam sebuah demonstrasi di Tenggara. Randy adalah salah satu kader IMM Provinsi Sulawesi Tenggara.
"Saya menyampaikan kepada duka mendalam bagi salah satu sahabat dari IMM, Immawan Randy di Sulawesi Tenggara meninggal oleh situasi ini," kata Emil.
Lebih lanjut, menurut masyarakat Emil dibagi menjadi dua, yaitu minoritas berisik, orang-orang yang sedikit tetapi vokal. Kedua, minoritas diam bahwa masyarakat substansial tapi tidak bisa menyuarakan aspirasi mereka.
"Untuk siswa untuk tetap semangat. Nah, biasanya ketika itu minoritas diam marah titipnya memastikan bahwa semua siswa. Jadi, siswa memiliki tanggung jawab sosial serta corong bagi rakyat. Tentunya dengan dua siswa lebih dari yang lain," kata Emil.
"Satu, memiliki kekuatan intelek, membedakan dengan orang lain mungkin hanya sibuk-sibuk tapi sebenarnya secara substansial kurang maksimal. Kedua, siswa memiliki faktor usia, karena tidak mungkin bahwa masyarakat demo-aki aki harus berharapnya kepada siswa," dia menambahkan.
Namun, ia menyarankan bahwa cara untuk menyampaikan aspirasi diikuti oleh aksi tetap menjaga kondusivitas dan tidak merusak fasilitas umum. Selain itu, mantan walikota Bandung yang mengundang siswa untuk menjadi bagian dari Indonesia digdaya di 2045.
"Ketentuan Indonesia menjadi negara keempat dan kelima terkuat di 2045 ada tiga, ekonomi stabil di sekitar 5%, Sumber Daya Manusia (SDM) demokrasi yang kompetitif dan kondusif dan damai," katanya.