GfM9TpClTSGpGUWpGSM8GUdoBA==

Slider

Abu Bakar Al-Razi, Perintis Kedokteran Modern


Ompi TV
- Keinginan yang kuat Abu Bakar Al-Razi untuk menjadi seorang dokter bisa dibilang berawal dari kegusaran dirinya terhadap praktik dokter yang dianggap olehnya sudah keterlaluan. Suatu ketika, Abu Bakar Al-Razi datang ke seorang dokter untuk memeriksakan gangguan pada matanya. Ia terkejut karena dokter itu meminta ongkos yang cukup banyak. Abu Bakar Al-Razi merasa bahwa tindakan seperti itu tidaklah adil bagi pasien yang membutuhkan jaminan kesehatan, apalagi untuk orang-orang yang tidak mampu.

Abu Bakar Al-Razi sangat kecewa, karena bidang kedokteran yang seharusnya menjadi ruang pengabdian kepada masyarakat, justru dijadikan sebagai lahan untuk mengeruk keuntungan pribadi para juru sembuh yang tamak. Dan ketika itulah, Abu Bakar Al-Razi bertekad untuk menjadi seorang dokter yang dengan segenap hati melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan.

Dengan penuh keseriusan, Abu Bakar Al-Razi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Kebulatan tekad dan kerja kerasnya rupanya tidak sia-sia. Berkat kerja keras, ketekunan dan juga bakat cemerlang yang dipunyainya, Abu Bakar Al-Razi pun mulai memantapkan diri sebagai salah seorang dokter yang paling bersinar di negerinya pada masa itu. Kariernya di dunia pengobatan melesat dengan pesat dan namanya pun terukir indah sebagai salah seorang perintis kedokteran modern.

Abu Bakar Al-Razi adalah seorang dokter muslim kelahiran tahun 846 M. Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota yang terletak tidak jauh dari Teheran, Iran, dengan nama asli Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria Al-Razi. Karakter mulia dan berbudi yang lekat pada Sosok Abu Bakar Al Razi merupakan buah manis dari didikan keluarganya yang sarat dengan nilai-nilai agama dan kebajikan.

Abu Bakar Al-Razi, yang oleh para peneliti Barat lebih dikenal dengan nama panggilan Rhazes, tampaknya menyukai begitu banyak hal. Semasa kecil, ia suka bermain musik, khususnya memainkan alat musik khas Persia, yakni harpa. Menjelang Dewasa, minatnya beralih ke hal-hal yang lebih serius, seperti sains, matematika, sampai pada akhirnya ia memilih jalur kedokteran yang rupanya membuat dirinya semakin dikenal banyak orang.

Sebelum tenar sebagai salah satu dokter perintis dunia kedokteran modern, nama Abu Bakar Al-Razi sebenarnya sudah cukup dikenal sebagai seorang ilmuwan. Jejak prestasinya di ranah ilmu kimia pun tidak sedikit. Salah satunya adalah keberhasilan Abu Bakar Al-Razi dalam memilah zat kimiawi menjadi 3 bagian, yaitu mineral, flora dan fauna. Berdasarkan riset yang dilakukannya, ia berkesimpulan bahwa tumbuhan dan hewan sebenarnya juga tersusun dari unsur-unsur kimiawi.

Keberhasilannya ke bidang kedokteran sejatinya terkait juga dengan profesi lamanya itu, karena sering bersinggungan dengan bahan-bahan kimiawi, Abu Bakar Al-Razi merasakan keanehan pada matanya. Maka kemudian ia datang ke dokter dan menjadi titik awal niatnya menekuni dunia kedokteran.

Terguratnya nama Abu Bakar Al-Razi sebagai salah satu perintis kedokteran modern tidak lepas dari sumbangsihnya yang revolusioner pada saat itu. Ia adalah dokter pertama yang berani menerapkan ilmu kimia untuk pengobatan.

Kendati awalnya banyak yang khawatir akan dampak bahan kimia yang kala itu memang masih asing, namun ia cukup percaya diri mengingat latar belakangnya sebagai ilmuwan kimia.

Terobosan Abu Bakar Al-Razi ini merupakan pembuka gerbang menuju ke arah dunia pengobatan modern. Ia juga berhasil merumuskan teori baru yang menegaskan citranya sebagai seorang juru sembuh termutakhir di zamannya. Salah satunya adalah teori yang menyatakan bahwa kestabilan jiwa manusia sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik atau jasmani.

Selain itu nih sobat InMa, Abu Bakar Al-Razi juga menghasilkan banyak karya yang menjadi acuan bagi kaum ilmuwan di masa-masa berikutnya. Hasil pikirnya yang paling melegenda adalah sebuah kitab kedokteran bertajuk Al-Hawi.

Bagi sejarah kedokteran modern, kitab tebal yang terdiri dari 20 jilid ini merupakan salah satu buku yang paling berpengaruh, bahkan dianut pula oleh para pakar kedokteran di dunia Barat. Bahkan, atas perintah seorang raja yang pernah sangat berkuasa di Eropa, Charles I, kitab Al-Hawi dialih bahasakan ke dalam bahasa latin yang memang menjadi bahasa resmi ilmu kedokteran di benu biru pada masa itu.

Abu Bakar Al-Razi juga menulis kitab berjudul Al-Thih Al-Manshuri yang ia persembahkan kepada Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn Azad, Gubernur Rayy yang menjabat pada periode 902-9085 M. Abu Bakar Al-Razi sangat hormat kepada sang Gubernur karena telah dipercaya untuk memimpin rumah sakit terbesar di kota Rayy yang sekaligus sebagai pusat penelitian dan pendidikan di Iran.

Selain cemerlang di negeri sendiri, Abu Bakar Al-Razi juga bersinar di luar negeri. ia pernah memimpin sebuah rumah sakit di pusat Kota Baghdad, ibu kota Irak.

Selain menghasilkan dua karya penting di atas, Abu Bakar Al-Razi telah menulis banyak sekali karya di bidang kedokteran dan kimia, bahkan di ranah keilmuwan lainnya seperti sejarah, sastra, etika, filsafat, hingga teologi.

Bapak Kedokteran modern, Abu Bakar Al-Razi, menikmati kehidupan di dunia hingga usia 79 tahun di mana ia menghembuskan napas penghabisan pada 925 M di Rayy yang juga menjadi kota kelahiran ilmuwan besar ini.
© Copyright - Ompi TV - Media Hiburan Masa Kini
Added Successfully

Tulis Apa Yang Ingin Kamu Cari Dan Tekan ENTER Untuk Mencari.