Ompi TV - Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan yang cukup dasar untuk manusia. Tidak terkecuali untuk para jemaah Haji pasangan suami istri yang sedang ada di Arab Saudi untuk berhaji.
Ketika prosesi puncak haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan juga Mina), setiap Jemaah terikat larangan untuk tidak melakukan bermacam-macam hal yang diharamkan. Salah satunya yaitu bersenggama dengan pasangan.
Akan tetapi, usai semua rangkaian puncak haji ditunaikan sekitar lima hari, segala yang diharamkam kepada setiap jemaah selama berihram pun menjadi halal. Salah satunya mengenai larangan bersenggama dengan istri.
Waktu pelaksanaan haji yang cukup panjang mencapai satu bulan lebih lantaran terkait proses pemulangan yang bertahap, membuat beberapa jemaah pasangan suami istri tidak sabar untuk segera memadu kasih.
Situasi ini kemudian menjadi permasalahan tersendiri. Karena, meski diperbolehkan secara agama, namun sampai saat ini baik pemerintah Indonesia dan juga Arab Saudi tidak menyediakan tempat khusus untuk hal tersebut.
Sementara di kamar pemondokan, mereka juga tak bisa melakukan hal itu. Karena berada di kamar yang terpisah. Lelaki sekamar dengan lelaki dan perempuan sekamar dengan perempuan, merempat atau berlima satu kamar.
Situasi ini coba untuk disiasati oleh Petugas Haji Daerah di Sektor Mahbas Jin Mekah, Dikky Syadqomullah. Dia paham mengenai kebutuhan para Jemaah dan kemudian menyediakan bilik asmara yang dinamainya dengan nama Kamar Barokah.
Dia merelakan kamar yang setiap hari digunakannya dan empat temannya itu dikosongkan dari pagi sampai sore hari. Kamar ini dipergunakan untuk jemaah pasutri untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka secara bergantian.
Untuk malam hari justru kamar akan ditutup. "Soalnya jika malam kami yang memiliki kamar juga lelah, butuh istirahat. Jika Siang, kami tinggal untuk beribadah," jelas Dikky.
Dikky mengucapkan, ada tiga kamar di lantai tiga yang memiliki fungsi untuk Kamar Barokah. "Kamar ini sudah tersedia hampir sepekan. Sudah ada 5 hingga 7 jemaah yang mempergunakan kamar barokah," ucap pria yang menjadi pengajar di Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Tidak ada syarat khusus untuk mempergunakan kamar itu, selain tentu saja, harus berstatus sebagai pasutri. Masing-masing pasutri biasanya juga sudah mengerti untuk menjaga kebersihan.
Meski begitu, tidak semua pasutri memanfaatkan kamar barokah itu. Sebagian memang benar-benar fokus untuk beribadah wajib dan sunnah di Masjidil Haram. ada juga yang sebagian lagi masih malu-malu untuk meminjam kamar, baik dengan teman satu kamar ataupun petugas.
Sementara itu, Muhammad Khoirul Muttaqin, anggota Amirul Hajj 2022 dari Kementerian PMK, mengungkapkan, urusan penyaluran kebutuhan pasangan suami istri itu sudah menjadi isu tahunan.
Ia pun menyarankan supaya negara untuk menghadirkan urusan itu, "Saya dengar jemaah akhirnya saling menyediakan karena tahu jika hal itu dibutuhkan oleh manusia," ujar Khoirul ketika ditemui di Jeddah pada hari Sabtu 16 Juli 2022.
"Negara sebaiknya hadir, supaya bisa lebih tertib dan juga rapi, dan tidak menyusahkan jemaah," lanjutnya. Menurut dirinya, kebutuhan pasangan suami istri ini bukanlah merupakan hal yang tabu untuk menjadi pembahasan dalam penyelenggaraan haji.