OMPI TV - Di kisahkan ada seorang anak yang mempunyai kondisi tempramen yang begitu buruk. Kemudian anak itu diberi oleh ayahnya sebungkus paku. Ayahnya berkata kepada anaknya itu jika ketika dia dalam kondisi marah dia harus memukul paku ke pagar.
Di hari pertama dia menancapkan paku sebanyakl 40. Akan tetapi seiring berjalannya waktu paku yang ia tancapkan ke pagar pun mulai berkurang. Sampai pada suatu waktu anak itu berhasil untuk tidak menancapkan paku ke pagar. Keberhasilan itu pun langsung ia ceritakan kepada ayahnya.
Mendengar cerita dari anaknya itu sang ayah mulai memberikan perintah kepada anaknya untuk mencabut semua paku yang sudah ditancapkan. Anak itu pun langsung menyelesaikan tugasnya, dan dia kembali menceritakan kepada ayahnya.
Sang ayah kemudian mengajak anaknya untuk keluar melihat pagar tersebut dan berkata "Bagus nak kamu sudah berhasil menyelesaikan tugasmu dengan sangat baik. Dan kamu sudah berhasil menguasai rasa amarahmu juga.
Akan tetapi bagaimana dengan pagar itu apakah tetap ada lubang yang tersisa dari tancapan paku?" Tanya sang ayah kepada anaknya.
Kemudian ayah mulai memberikan penjelasan singkat kepada anak "Lubang paku ini ibaratnya adalah amarah yang kau lontarkan kepada orang lain naik. Mungkin memang kamu berhasil meminta maaf kepadanya dan berjanji tak akan lagi mengulangi. Akan tetapi apakah luka yang akan mereka dapat itu bisa cepat sembut?" ucap ayah.
Pesan Dari Cerita Anak Tempramen Ini :
Kita bisa belajar bahwa ucapan dan juga tindakan yang didasari oleh rasa amarah hanya akan memberikan bekas luka untuk orang lain. Meskipun bisa meminta maaf atas amarah yang sudah dilakukan.
Akan tetapi apakah kita bisa memberikan jaminan bahwa luka yang mereka rasakan atas ucapan dan tindakan atas dasar amarah kita itu bisa sembuh, mungkin juga tidak. Tidak mengenai bagaimana cara mereka memberikan ucapan pengampunan kepada kita. Namun bagaimana kita bisa mengendalikan emosi sampai tidak menyakiti otang lain.
Mungkin lidah merupakan salah satu bagian tubuh yang bisa dibilang tidak membunuh orang lain. Namun ucapan yang keluar dari mulut kita terkadang menjadi salah satu senjata yang bisa menyakiti orang lain tanpa kita sadari. Karena hal itu mengontrol emosi merupakan kunci agar kita tidak menyakiti orang sekitar kita.
Semuanya membutuhkan proses dan juga tahapan, akan tetapi jika kita berupaya tentu saja hasil pengendalian emosi dalam diri juga akan lebih mudah untuk di capai.